Bagi mereka yang mengalami KDRT, meninggalkan hubungan berkekerasan bukanlah hal yang mudah. Salah satu yang menyebabkan seorang perempuan bertahan menghadapi ancaman atau terror kekerasan adalah perasaan cinta dan besarnya harapan bahwa suaminya bisa berubah. Apalagi setelah melakukan kekerasan umumnya pasangan memohon minta maaf, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, atau berubah menjadi sangat baik. Bahkan ada pula yang mengatakan dengan nada lembut, “ tuh kan, kamu sih aku jadi lepas control kan”. Akibatnya mungkin kita merasakan bersalah jika tidak mau memaafkannya, atau meyakini bahwa kitalah yang menyebabkan pasangan kembali melakukan kekerasan dan kembali meminta maaf. Begitu seterusnya, berulangkali. Lama kelamaan kekerasan yang terjadi seperti lingkaran yang tak berujung (lihat gambar siklus kekerasan). Bukannya menujukkan perubahan, pasangan justru semakin kasar dan semakin sering melakukan kekerasan.
Yang perlu disadari adalah pelaku sulit untuk berubah dan kita tidak bisa mengubahnya. Yang bisa mengubah pelaku adalah dirinya sendiri. Perubahan tersebut mungkin terjadi jika pelaku mengikuti serangkaian proses penyadaran dan diikuti oleh keinginan yang kuat untuk berubah.
Jika pelaku tidak menunjukkan adanya usaha dan keinginan yang kuat untuk berubah, maka situasi berkekerasan hanya bisa berhenti jika kita memutuskan untuk keluar dari lingkaran kekerasan. Siapakan diri sebaik mungkin sebelum keluar dari lingkaran kekerasan tersebut. Semoga artikel ini bisa membantu.
(Penulis : Nina Kreasih, S.Psi – Analis Perlindungan Perempuan DPPPAS Kab.