Depresi pasca-melahirkan atau postpartum depression adalah jenis depresi yang banyak dialami oleh wanita setelah melahirkan. Depresi yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah umum yang memengaruhi sekitar 13 persen wanita di seluruh dunia. Namun banyak wanita yang bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami kondisi ini.
Depresi yang biasa terjadi pada enam minggu pertama setelah melahirkan ini berbeda dengan baby blues yang umumnya dapat mereda dalam hitungan hari atau minggu. Jika tidak ditangani dengan baik, depresi pasca-melahirkan dapat berlangsung dalam jangka panjang dengan akibat yang tidak kalah berbahaya dibandingkan bentuk depresi serius lainnya.
Banyak wanita yang kemudian tersulit kegelisahan hatinya karena komentar-komentar dari orang-orang disekitarnya. Misalnya tentang kesulitannya memberikan ASI kepada bayinya yang kemudian ia dituding tidak mampu memberikan yang terbaik untuk anaknya atau tentang bagaimana caranya merawat bayinya. Dengan kondisi tubuh yang masih belum pulih dan kelelahan harus begadang demi mengurus si bayi, komentar-komentar ini kemudian bisa jadi memicu terjadinya blues yang berkepanjangan.
Pendapat bahwa menjadi ibu memang sudah kodrati menjalani kehidupannya seperti itu, menyebabkan perempuan seringkali mengabaikan perasaan buruk dan memalsukan ketidak bahagiaannya. Kondisi ini kemudian diperburuk apabila kurangnya pemahaman dari pasangan bahwa sang ibu perlu dibantu dalam merawat bayi.
Oleh karena itu penting sekali untuk mengenali gejala depresi ini. Disadur dari Diagnostics and Statisctial Manual for Mental Health V yang mengemukakan ciri dari gangguan ini, sebagai berikut :
- Perasaan sedih atau tidak bersemangat yang menetap.
- Sulit untuk dekat dan akrab dengan bayi.
- Terus-menerus merasa sedih dan menangis tanpa alasan jelas.
- Mengabaikan diri sendiri, misalnya tidak mau makan, tidak mengganti baju atau mandi.
- Kehilangan rasa humor dan minat pada hal yang selama ini disukai.
- Terus-menerus merasa khawatir bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi.
- Gelisah atau suasana hati cepat berubah dan mudah tersinggung.
- Kerap merasa kelelahan dan tidak bertenaga.
- Tidak percaya diri, merasa bersalah, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan timbul keinginan untuk bunuh diri.
- Sulit tidur.
- Sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan.
Pada kasus yang bisa saja terjadi, timbul keinginan untuk menyakiti bayi mereka. Gejala-gejala ini menjadi sangat serius sehingga ia sulit membangun relasi pada orang lain dan tidak dapat merawat bayi mereka.
Gejala depresi pasca melahirkan sekilas tampak sama, akan tetapi baby blues jauh lebih ringan dan akan membaik dengan sendirinya seiring dengan kemampuan adaptasinya pada suasana baru. Sedangkan depresi pasca melahirkan cenderung menetap, bertahun, dan dapat mengakibatkan dampak negative bagi ibu dan anak jika tidak segera ditangani.
Berikut ini adalah langkah-langkah penanganan yang dapat diambil.
- Bicarakan kepada kerabat atau sahabat dekat sesegera mungkin. Dukungan orang-orang terdekat sangat penting terhadap kesehatan mental. Atau dapat juga langsung memeriksakan diri ke psikolog, psikiater atau dokter.
- Olah tubuh dapat membantu meringankan depresi ringan.
- Psikiater mungkin akan memberikan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavior Therapy / CBT).
- Konsumsi obat antidepresan yang diresepkan dokter umumnya diperuntukkan bagi mereka yang sebelumnya pernah mengalami depresi atau yang mengalami depresi parah. Obat-obatan lain yang mungkin dapat diberikan adalah kombinasi obat-obatan mood stabilizer seperti lithium, antipsikotik, dan penenang seperti benzodiazepin jika Ibu yang menderita depresi pasca melahirkan memiliki riwayat gangguan mood atau gejala psikotik sebelumnya. Namun, efek samping dari obat-obatan ini berpotensi membuat ibu tidak dapat memberikan ASI. Selalu periksakan kelayakan obat dengan dokter sebelum mengonsumsinya, terutama jika sedang hamil atau menyusui. Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gejala gangguan depresi atau psikologis lain pada ibu hamil harus dipantau oleh dokter ahli.
Pastikan sang ibu memiliki waktu untuk dirinya sendiri, melakukan hal yang disukainya atau berbincang dengan sahabat dekat, tanpa bersama bayi. Hal ini membutuhkan dukungan dari kerabat dekat yang bersedia membantu mengasuh Si Kecil selama sang ibu bepergian. Gejala depresi pasca-melahirkan tidak bisa dianggap ringan atau dianggap sepele. Gangguan ini merupakan salah satu bentuk depresi yang jika tidak diobati, akan menimbulkan dampak buruk seperti perilaku menyakiti diri atau bayi, serta munculnya keinginan untuk bunuh diri.
Tidak ada bukti tentang pencegahan depresi pasca-melahirkan yang efektif, kecuali menjalankan gaya hidup sehat sebaik mungkin. Jika Anda ingin terhindar dari depresi pasca-melahirkan, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko mengalami depresi, di antaranya:
- Jagalah diri Anda saat sedang hamil, cobalah untuk mengurangi tingkat stres dan menerima bantuan yang ditawarkan, baik dari pasangan, teman, atau keluarga.
- Anda disarankan untuk menjalankan gaya hidup yang sehat.
- Beritahu dokter jika Anda memiliki riwayat masalah psikologis saat Anda ingin memiliki bayi atau saat Anda hamil. Karena, jika Anda mengalaminya saat hamil, dokter harus melakukan pengawasan beberapa minggu pertama setelah Anda melahirkan Si Kecil.
- Jika Anda mengalami depresi pasca-melahirkan, dokter Anda mungkin akan menyarankan pemberian antidepresan atau menjalani psikoterapi segera setelah melahirkan.
Perlu diingat bahwa kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja dengan kombinasi berbagai faktor penyebab. Selain itu, jika Anda merupakan wanita yang mengalami depresi pasca-melahirkan, ada beberapa hal penting yang perlu Anda ingat, yaitu bahwa berbagai bantuan dan dukungan tersedia untuk Anda (termasuk dengan terapi). Depresi sama seperti penyakit lainnya, jadi jangan salahkan diri Anda jika mengalami depresi pasca-melahirkan. Jika Anda merasa depresi dan tertekan, bukan berarti Anda menjadi gila atau Anda orang tua yang buruk. Yang terakhir, ingatlah bayi Anda tidak akan diambil dari Anda.
Jika terdapat gejala depresi yang disertai pikiran atau perasaan ingin bunuh diri, halusinasi, dehidrasi karena tidak mau makan atau minum berhari-hari, tidak bisa tidur selama berapa hari hingga Anda kurang energi, pikiran atau percobaan untuk menyakiti bayi, segeralah berkonsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan penanganan karena kondisi tersebut adalah gejala dari depresi berat yang dapat berpotensi membahayakan Anda dan Si Kecil.
Melahirkan, menjalani proses kehidupan dan memiliki anggota keluarga baru yang mengharuskan Anda untuk menjadi orang tua memang bukan hal yang sepele. Namun, tetaplah bersyukur Anda bisa memiliki momongan dan jangan biarkan diri Anda mengalami depresi pasca-melahirkan. Buatlah diri Anda sendiri bahagia, karena dengan bahagia Anda dapat merawat buah hati Anda dengan baik dan penuh kasih sayang.
Penulis :
Nina Kreasih, S.Psi
Analis Perlindungan Perempuan pada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Sosial Kabupaten Belitung.
Sumber gambar : https://www.konsula.com/blog/depresi-pasca-melahirkan-sedih-berkepanjangan-setelah-dianugerahi-buah-hati/