Baru-baru ini issue yang juga sedang hangat diperbincangkan adalah tentang tes penerimaan CPNS. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya (walaupun pada tes cpns Tahun 2014 juga menggunakan CAT), maka pada Tahun 2018 ini tes CAT menggunakan passing grade sebagai standar dalam penerimaannya.
Untuk SKD (Seleksi Kemampuan Dasar) , seleksi yang mesti dilalui antara lain TIU (Tes Inteligensia Umum), TWK (Tes Wawasan Kebangsaan) dan juga TKP (Tes Karakter Pribadi). Bila peserta lulus passing grade dari setiap tes ini, maka barulah bisa lolos ke Tahap selanjutnya yaitu Seleksi Kemampuan Bidang (SKB).
Untuk TIU dan TKP merupakan Psikotes karena selain mengukur Inteligensia dari peserta tes, juga mengukur bagaimana sepsifikasi personalitas dan keahlian dari peserta tes. Sedangkan TWK digunakan untuk mengukur sejauhmana wawasan peserta tes tentang berbangsa dan berNegara. TWK cenderung dapat dipelajari sebelum tes dengan banyak membaca, akan tetapi TIU dan TKP tentu (bukan) dalam pelajaran, karena TIU dan TKP adalah salah satu dari indicator untuk mengukur tentang psikologi seseorang atau yang disebut dengan psikotes.
Sebenarnya apa sih Psikotes? Mengapa Psikotes menjadi bagian penting dalam proses penerimaan kerja? Banyak yang bertanya tentang tips-tips psikotes namun tidak banyak yang memahami mengapa psikotes itu bukan masalah gagal atau berhasil.
Disadur dari Konsultan HRD & Dosen Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , Drs. Heru Wiryanto, M.Psi (Jayalaksana, Naomi, Femina, 2013) yang memaparkan tentang poin-poin penting dalam Psikotes yang perlu dipahami. Berikut point-point penting saat menghadapi Psikotes.
Apa yang dicari melalui Psikotes ?
Ada dua hal penting yang dicari perusahaan dalam proses perekrutan pegawai baru.
Jobfit atau person fit. Psikotes dipakai sebagai alat untuk mengetahui apakah seseorang memiliki spesifikasi personalitas dan keahlian yang dibutuhkan oleh perekrut. Misalnya untuk posisi Public Relation yang tentu saja perlu sekali orang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Organizational fit. Beberapa jenis psikotes akan mengungkap apakah seseorang akan cocok bekerja dalam kultur organisasi di perusahaan perekrut. Mereka yang terbiasa dengan keteraturan, tentu akan sres saat harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja kreatif yang dinamis atau akrab dengan perubahan. Sebagai contoh, perusahaan perekrut adalah perusahaan tambang yang menekankan dengan ketat tentang standar kerja yang aman. Tentu memerlukan seseorang yang patuh pada peraturan keselamatan kerja. Contoh lain adalah perusahaan dari media biasanya memberikan ruang seluas-luasnya bagi pekerjanya untuk menuangkan ide kreatifnya dalam pekerjaannya.
Pada Tes CPNS, Tes ini kemudian dihadapi dalam SKB (Seleksi Kemampuan Bidang). Tes ini berbeda daripada tes-tes sebelumnya, dimana betul-betul calon yang memiliki kemampuan dibidangnyalah yang bisa dinyatakan lulus.
Kenali Jenisnya
Demi menjawab dua kebutuhan utama pencari tenaga kerja, maka HRD/ Instansi Kepegawaian akan menyusun rangkaian Psikotes yang terbagi dalam dua kategori besar.
Tes Objektif
Jenis Psikotes yang satu ini mengukur kemampuan intelifensi dan personalitas seseorang. Untuk tes inteligensi, bentuk pertanyannya jelas, sehingga ukuran benar dan salah dari jawaban anda bersifat jelas. Sementara itu, untuk mengukur kepribadian, bentuk jawaban tesnya tidak ada benar atau salah (dalam tes cpns, TKP yang dimaksud diberikan poin 1-5 dari setiap poin jawaban yang dipilih).
Tes Proyektif
Tes jenis ini ingin menangkap respons bawah sadar Anda saat berhadapan dengan sebuah situasi atau kondisi tertentu.
Lulus vs Gagal
Seorang kandidat tidak masuk perusahaan A karena dia tidak cocok. Tetapi, ketika menjalani tes yang sama di perusahaan B, ternyata dia masuk. Sebab dia memang memiliki spesifikasi yang cocok dengan yang dibutuhkan oleh Perusahaan B.
Tidak sukses menembus tahapan psikotes tidak lantas berarti anda memiliki IQ yang rendah. Sebab, tiap perusahaan atau posisi pekerjaan memiliki standar IQ yang juga tertentu. Inteligensi atau IQ yang tinggi tidak menjamin seseroang diterima untuk jenis pekerjaan tertentu.
Lagipula, IQ bukanlah hal utama yang menjadi patokan kriteria seleksi. Sebab, pada praktiknya nanti yang lebih berperan adalah attitude seseorang dalam bekerja.
Perlu Latihan?
Hanya karena ingin berhasil melewati tahap tes psikologi, banyak orang mencari kisi-kisi yang diharap bisa memudahkannya dalam menggarap sebuah tes. Bahkan ada yang membayar untuk mengikuti Bimbel . Apakah hal ini menjamin Anda sukses diterima di pekerjaan yang Anda lamar? Jawabannya adalah Tidak.
Bahkan pada tes proyektif, sama sekali tidak memerlukan kisi-kisi atau bimbingan tentang kepribadian yang sesuai dengan yang diinginkan perusahan.
Pada tes tertentu, meskipun dilakukan secara cepat ada indicator untuk mengukur titik lelah individu. Oleh karena itu, pekerjaan ini memerlukan konsistensi daya tahan dan konsentrasi yang kuat.
Intinya, kerjakan sebaik mungkin yang kita bisa. Sebab, kemampuan yang diukur dalam psikotes adalah potensi yang sifatnya menetap pada diri seseorang. Latihan beberapa hari sebelum tes tidak akan membawa dampak, malah justru akan membuat anda stress dan kelelahan. Sehingga pada harinya, konsentrasi justru terpecah.
Ini yang harus disiapkan
Berikut ini tipsnya:
Kenali dan daftar semua kekuatan dan kelemahan yang Anda miliki, termasuk bakat-bakat yang anda miliki. Kenali spesifikasi yang diminta oleh sebuah posisi kerja yang ditawarkan. Apakah sesuai atau cocok dengan skill dan kepribadian yang Anda miliki. Hal ini dapat Anda ketahui dengan melakukan riset, misalnya dengan melihat profil pekerjaan, instansi, atau perusahaan tersebut. Jika Anda menemukan banyak kesesuaian dengan spesifikasi yang diminta perusahaan, dengan apa yang anda miliki, yakinkan ulang, apakah anda cocok untuk jenis pekerjaan ini.
Pastikan bahwa mental dan fisik anda berada dalam kondisi prima pada saat mengerjakan psikotes. Jujur dan Jadilah diri sendiri.
Nah untuk Tes Khusus posisi manajerial keatas.
Untuk posisi level manajerial keatas, seperti direktur, perusahaan lebih mengutamakan jenis psikotes khusus yang dieknal dengan istilah tes Assesment center atau business simulation.
Pada jenis tes ini, Anda akan coba ditempatkan pada scenario yang menggambarkan situasi kerja yang sebenarnya. Apakah selama berlangsungnya simulasi, Anda akan menampilkan perilaku yang diinginkan oleh Pihak perusahan? Misalnya bagaimana menghadapi situasi konflik dalam tim, menanggapi keluhan, memimpin sebuah rapat, menanggapi perbedaan pendapat, mengejar target dan sebagainya.
Pada level posisi ini, perusahaan biasanya lebih percaya kepada bukti langsung. Sebab, bisa saja hasil psikotes dasarnya memberikan hasil yang bagus, tapi saat dihadapkan pada situasi nyata, ia tidak bisa apa-apa.
Kembali lagi ke Tes CPNS, tampaknya TKP diformulasikan sedemikian rupa agar peserta dapat memilih sikap pada perilaku yang diinginkan oleh perusahaan (dalam hal ini Negara). Dalam soal-soal yang cukup panjang menyajikan simulasi kasus, tentu memerlukan waktu yang sedemikian ketat untuk dapat menjawabnya secara benar dan tepat waktu. Dengan demikian, diharapkan maka Tujuan Negara untuk mendapatkan input Abdi Negara yang berkualitas dan tentu saja adanya perubahan secara signifikan untuk perbaikan kinerja Aparatur Negara kedepan selain tentu saja, tes cpns tahun ini jelas jauh sekali dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
(Penulis Artikel : Nina Kreasih, S.Psi – Analis Perlindungan Perempuan pada DPPPAS Kab. Belitung)
Sumber Gambar : Jawa Pos