Covid-19 sangat mudah menular ke siapa saja, termasuk ibu hamil dan menyusui. Butuh perhatian khusus, pemberdayaan, dan edukasi bagi ibu hamil dan menyusui meskipun berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) hingga saat ini Covid-19 belum terdeteksi pada ASI dari ibu yang terdiagnosa Covid-19. Apalagi saat ini teknologi sudah semakin maju, sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan konsultasi secara online atau virtual yang akan turut menjaga kualitas layanan kesehatan reproduksi, akses, keamanan, dan keselamatan pasien, serta meringankan tugas tenaga kesehatan selama pandemi Covid-19.
“Kita juga harus memastikan hak anak selama masa pandemi harus tetap terpenuhi. Orangtua merupakan kunci pencegahan Covid-19 bagi anak – anak mereka. Untuk itu, para orangtua harus mendapatkan edukasi yang tepat karena mereka yang berperan dalam melindungi anak – anak mereka dari Covid-19, termasuk ketika membawa anak – anaknya menuju fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga fasilitas ini tidak menjadi episentrum baru bagi penularan Covid-19.
Kami juga mengedukasi anak – anak melalui Forum Anak yang memiliki adik atau saudara yang masih bayi untuk selalu mengingatkan orangtua mereka agar selalu menjaga kebersihan dan kesehatan,” tutur Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Lenny N Rosalin pada webinar Layanan Kesehatan dan Pemenuhan Gizi bagi Peningkatan Kualitas Kesehatan Ibu Hamil, Menyusui dan Balita di Masa Pandemi Covid-19 (11/06).
Sekretaris Jenderal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Budi Wiweko mengatakan bahwa pemberdayaan dan edukasi terhadap pasien, ibu hamil, dan ibu menyusui menjadi penting agar mereka mampu melakukan konsultasi secara virtual sehingga dapat menjaga kualitas layanan kesehatan reproduksi, dan keselamatan pasien di masa pandemi Covid-19.
“Selama pandemi Covid-19, kombinasi antara konsultasi kunjungan dan konsultasi virtual akan menjaga kualitas layanan kesehatan reproduksi serta menjaga akses, keamanan dan keselamatan pasien. Tentu hal ini harus didukung dengan kemajuan teknologi dan sinyal komunikasi yang baik. Apalagi saat ini melalui _smartphone_ kita dapat mengukur suhu tubuh dan tensi secara mandiri. Selain itu, hal penting lainnya adalah pemberdayaan dan edukasi bagi pasien, ibu hamil, dan menyusui. Mereka harus diberikan edukasi terkait bagaimana cara menimbang berat badan, mengukur tensi, mendengar denyut jantung, dan menghitung siklus haid. Sesungguhnya dengan memberdayakan dan mengedukasi pasien, ibu hamil, dan menyusui maka tugas tenaga medis menjadi lebih ringan di masa pandemi Covid-19,” terang Budi.
Senada dengan Budi Wiweko, Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Erna Mulati mengatakan bahwa selama masa pandemi, apalagi bagi ibu hamil dan menyusui yang wilayahnya ada pada zona merah Covid-19, penting untuk mengikuti Kelas Ibu Balita yang diselenggarakan secara virtual, menjaga kesehatan balita secara mandiri dengan mempelajari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan melakukan konsultasi virtual. Jika pemerintah daerah menentukan untuk membuka pelayanan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), maka harus diterapkan persyaratan yang ketat demi mencegah terjadinya penularan Covid-19.
“Pelayanan balita di Posyandu harus melalui persyaratan yang ketat, seperti penyediaan skrining suhu tubuh, adanya pemberitahuan bahwa anak dan pengantar dalam keadaan sehat, jadwal serta jenis pelayanan yang dilakukan sebelum hari pelayanan, tempat pelayanan dengan sirkulasi udara yang baik, penyemprotan area pelayanan dengan disinfektan, penyediaan fasilitas cuci tangan atau antiseptik, pengaturan jarak meja pelayanan minimal 1 (satu) meter, dan membatasi jenis pelayanan kesehatan,” tutur Erna Mulati.
Konselor Air Susu Ibu (ASI) Pejuang ASI Indonesia, Ameetha Drupadi mengatakan bahwa edukasi bagi ibu menyusui, terutama bagi ibu yang diduga atau terjangkit Covid-19 sangat penting, terutama langkah – langkah yang harus dilakukan ketika ingin menyusui secara langsung.
“ASI sangat bermanfaat untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan ibu dan bayi. Berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) hingga saat ini Covid-19 belum terdeteksi pada ASI dari ibu yang terjangkit atau diduga terinfeksi Covid-19.
Bagi ibu yang dinyatakan terjangkit Covid-19 dan ingin menyusui harus selalu menjaga kesehatan pernapasan dan menggunakan masker saat menyusui, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi, serta rutin membersihkan permukaan untuk membasmi kuman dan permukaan puting sebelum dan sesudah menyusui. Permukaan puting dapat dibersihkan dengan mandi lebih sering atau melalui pen
Ameetha menambahkan walaupun hingga saat ini belum terdeteksi adanya Covid-19 pada ASI dari ibu yang terjangkit atau diduga terinfeksi Covid-19, namun dikhawatirkan adanya paparan selama proses menyusui. Oleh karenanya, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Swab dan memastikan agar hasilnya benar-benar negatif Covid-19. Alternatif lain yang dapat dilakukan selain menyusui secara langsung antara lain melalui ASI perah, Donor ASI, ibu susu (bila memungkinkan dan sesuai budaya setempat), dan susu formula bayi dengan memastikan kelayakan, persiapan yang benar, dan aman.
Editor : Nina Kreasih, S.Psi
Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Belitung