Berikut bentuk-bentuk kekerasan pada perempuan dalam pacaran diantaranya yaitu :
Kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang, mendorong, mencekram dengan keras pada tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik yang lain.
Kekerasan emosional atau psikologis seperti mengancam, memanggil dengan sebutan yang mempermalukan pasangan menjelek-jelekan dan lainnya.
Kekerasan ekonomi seperti meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya seperti memanfaatkan atau menguras harta pasangan.
Kekerasan seksual seperti memeluk, mencium, meraba hingga memaksa untuk melakukan hubungan seksual dibawah ancaman.
Kekerasan pembatasan aktivitas oleh pasangan banyak menghantui perempuan dalam berpacaran, seperti pasangan terlalu posesif, terlalu mengekang, sering menaruh curiga, selalu mengatur apapun yang dilakukan, hingga mudah marah dan suka mengancam.
Banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjerat dalam bentuk kekerasan pembatasan aktivitas, karena dianggap sebagai hal yang wajar sekaligus bentuk rasa peduli dan rasa sayang dari pasangan.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam pacaran, diantaranya yaitu tingkat pendidikan yang rendah, masih adanya pemahaman patriarki, kebiasaan tidak baik seperti memakai narkotika, minum miras, bertengkar tidak bisa mengontrol emosi, perempuan menyerang lebih dulu, terjadinya perselingkuhan, pasangan menganggur, sifat temperamental, pola asuh lekas dengan kekerasan di masa kecil sehingga sering mengalami atau melihat kekerasan, tingkat kesejahteraan ekonomi, lokasi tempat tinggal di perkotaan, efek pergaulan yang akrab dengan kekerasan, efek tayangan media massa yang mengandung unsur kekerasan.
Di sisi lain, pada kasus kekerasan dalam pacaran yaitu perempuan yang menjadi korban cenderung lemah, kurang percaya diri, dan sangat mencintai pasangannya. Banyak pasangan yang setelah melakukan kekerasan langsung berubah signifikan menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, serta bersikap manis pada korban. Hal ini yang membuat perempuan akan terus memaafkan dan memaklumi sikap pasangannya serta kembali menjalani hubungan pacaran seperti sebelumnya. Padahal seseorang yang pada dasarnya gemar bersikap kasar pada pasangannya, akan cenderung mengulangi hal yang sama karena merupakan kepribadian dan sikap dalam menghadapi konflik atau masalah.
Berbagai dampak yang ditimbulkan dari kekerasan dalam pacaran dintaranya yaitu terjadi gangguan kesehatan dan psikis perempuan yang menjadi korban. Perempuan korban kekerasan fisik atau seksual dalam berpacaran beresiko mengalami keluhan kesehatan 1,5 kali lebih banyak. Dampak fisik bisa berupa memar, patah tulang, dan yang paling berbahaya dapat menyebabkan kecacatan permanen, sedangkan untuk dampak psikologis berupa sakit hati, jatuhnya harga diri, malu dan merasa hina, menyalahkan diri sendiri, ketakutan akan bayang-bayang kekerasan, bingung, cemas, tidak mempercayai diri sendiri dan orang lain, merasa bersalah, memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.
Upaya penanganan bagi perempuan korban kekerasan dalam pacaran dapat dilakukan dengan memberikan dukungan serta menyakinkan korban untuk berani berkata tidak serta menentang segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, membantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Untuk korban yang mengalami trauma dibutuhkan penanganan khusus oleh psikiater atau psikolog atau melalui pendampingan korban untuk tahap awal.
Upaya penanganan bagi pelaku kekerasan yaitu menelusuri apa yang menyebabkan pelaku melakukan kekerasan, apakah ada peristiwa buruk atau trauma sehingga lebih memilih menyelesaikan suatu konflik dan hal lainnya dengan kekerasan. Selain itu memberikan konseling ataupun psikoterapi dari psikolog atau psikiater, kepada pelaku agar sadar akan bahaya dampak perbuatannya, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi pasangannya.
Untuk mencegah dan menangani berbagai kasus kekerasan yang dialami perempuan, pemerintah (dalam hal ini Kementerian PPPA) telah melakukan berbagai upaya diantaranya dengan menyusun dan menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan, dan mempertegas misi untuk mempersempit peluang terjadinya kekerasan melalui pencanangan “Three Ends” yaitu : Akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak; Akhiri perdagangan orang; dan Akhiri kesenjangan ekonomi bagi perempuan.
Selain itu, langkah lainnya dilakukan melalui berbagai macam KIE untuk memperluas jangkauan informasi tentang hak perempuan ke seluruh masyarakat Indonesia, memastikan dan meningkatkan fungsi kelembagaan di tingkat desa untuk mencegah dan merespon dini ketiaka terjadi kekerasan terhadap perempuan, meningkatkan peran dan fungsi Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA) di daerah, serta menggalang dukungan yang masif dari pemangku kepentingan baik dari K/L, Pemda, dan Lembaga Masyarakat.
Pemerintah telah memberikan sejumlah layanan bagi perempuan korban kekerasan yang mencakup layanan pengaduan, kesehatan, bantuan hukum, penegakan hukum, rehabilitasi sosial, reintegrasi sosial, dan pendampingan tokoh agama.
Bagi para perempuan yang belum menikah dan sedang atau ingin menjalin hubungan dengan calon pasangan, berikut tips untuk menghindari tindak kekerasan dalam pacaran. Pertama kenali calon pasangan secara menyeluruh sebelum memulai sebuah hubungan yang lebih mendalam dengannya, jangan terlalu cepat mengambil keputusan dan lebih bijak dalam memilih pasangan, berani mengambil sikap dengan mengatakan ‘tidak’ dan menghentikan hubungan ketika menerima tindak kekerasan, membangun komitmen sebelum memulai sebuah hubungan, memperkenalkan pasangan kepada keluarga untuk menimbulkan rasa sungkan dari pasangan terhadap keluarga, pentingnya keterlibatan peran orangtua, serta orang terdekat dalam mengawasi dan menjaga anak, keluarga, teman maupun orang yang kita kenal dari bahaya kekerasan dalam pacaran.
Jika anda atau teman dan orang terdekat mengalami kekerasan dalam pacaran, jangan diam, ragu ataupun takut, segera laporkan kepada pihak berwajib atau dapat menghubungi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Sosial Kabupaten Belitung atau Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Belitung.
Ingat, mengakhiri kekerasan terhadap perempuan merupakan kunci untuk mendorong kesetaraan gender dan memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan politik, ekonomi dan sosial. Perempuan merupakan penentu terciptanya generasi yang akan datang, untuk itu mari lindungi perempuan dari segala bentuk kekerasan demi menghasilkan generasi muda yang berkualitas.